Jumat, 27 Desember 2013
HOT NEWS PENDIDIKAN
Perilaku Amoral Siswa Turunkan Mutu Pendidikan
Jum'at, 27 Desember 2013 19:48 wib
Rachmad Faisal Harahap - Okezone
Ilustrasi: Reuters.
JAKARTA - Perilaku dan moralitas pelajar dan mahasiswa sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat pada berbagai peristiwa yang mencoreng wajah pendidikan Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr. Sulistiyo, M.Pd. memaparkan, belum lama ini para pelajar SMP membuat video mesum di kelas ketika saatnya salat Jumat. Peristiwa lainnya, beberapa pelajar menyiramkan air keras ke dalam bus untuk mencelakai seseorang atau beberapa orang yang tak disukainya atau dianggap musuhnya.
Kasus lainnya lagi, sekelompok pelajar membajak bus. Oleh sekolah, para pelaku pembajakan bus itu langsung diberhentikan. Di akhir tahun ini, dunia pendidikan kita dihebohkan oleh meninggalnya Fikri, mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang karena dipelonco para seniornya.
"Kasus-kasus tersebut adalah perilaku nyata yang menyangkut moralitas para pelajar Indonesia," ujar Sulis saat konferensi pers Refleksi Akhir Tahun Isu Pendidikan di Kantor PB PGRI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (27/12/2013).
Moralitas, imbuhnya, adalah sesuatu yang terkait dengan budaya dan kemampuan menalar. Oleh sebab itu, moralitas berkolerasi dengan isi dan cara pembelajaran seseorang.
Sulis menilai, meskipun tak sepenuhnya sekolah dapat disalahkan, bagaimanapun juga proses pembelajaran di sekolah turut berkontribusi pada kasus-kasus penyimpangan moral oleh para pelajar. Apalagi berbagai peristiwa tragis itu terjadi, berkaitan dengan aktivitas, dan atau dilakukan oleh grup sekolah.
"Persekolahan kita sejak lama disinyalir tak mengajarkan peserta didik berpikir, melainkan hanya mengisi pikiran," ungkapnya.
Sistem itu hanya menumpuk pengetahuan di dalam jiwa peserta didik. Nantinya, pengetahuan mereka akan dikeluarkan kembali saat menghadapi ujian, di antaranya Ujian Nasional (UN). Sayangnya, imbuh Sulis, peserta didik tidak dibimbing untuk mengolah pengetahuannya agar menjadi bahan membuat keputusan berupa sikap dan perilaku.
"Sekolah yang tak imajinatif dan membosankan kiranya telah menghasilkan berbagai perilaku aktual yang sering kali imoral dan irasional," tuturnya.
Rendahnya kemampuan bernalar peserta didik telah ditunjukkan oleh hasil penilaian dari Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS), Program for International Student Assessment (PISA), Progress in International Reading Literacy Studi (PIRLS). Meskipun penilaian dari berbagai lembaga internasional ini bukanlah kiblat pendidikan di Indonesia, tetapi fakta yang diberikan dapat menolong upaya merefleksi pendidikan Indonesia.
"Oleh sebab itu, menyikapi hal-hal serupa itu sebaiknya tak perlu berdalih membela diri," katanya.
Sulis menyimpulkan, hasil PISA 2012 yang dipublikasikan pertengahan Desember ini tetap menunjukkan bahwa siswa Indonesia konsisten berada pada peringkat terendah di posisi ke-64 dari 65 negara peserta.
"Jika melihat hasil evaluasi dari waktu ke waktu, tampak sekali bahwa kualitas pendidikan kita setidaknya 10 tahun terakhir belum ada perbaikan, bahkan cenderung menurun," jelasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar